Perempuan mengemban tugas dan peran yang sangat besar dalam mengurus keluarga. Seorang istri atau ibu selalu memprioritaskan keluarganya ketimbang diri sendiri. Ia juga selalu mengutamakan kehangatan dalam mengurus keluarga.
Mereka juga terkadang merasa bersalah jika mendahulukan kepentingannya. Namun, entah mengapa, apresiasi terhadap perempuan masih minim.
''Suami dan anak-anak terkadang lupa kalau seorang istri atau ibu juga butuh rasa kepuasan dan apresiasi akan apa yang telah ia lakukan untuk keluarga,'' ujar psikolog Dr Rose Mini, AP, MPSi, dalam acara talkshow "Masakan Ibu-Cinta, Kreasi, dan Apresiasi", yang diselenggarakan oleh Royco di Plaza Bapindo, Kamis (11/3/2010).
Psikolog yang akrab disapa mbak Romi itu mengakui bahwa seorang ibu selalu memacu dirinya dan berperan sebaik mungkin. Namun, kenyataannya, hal itu belum cukup. Sering kali timbul rasa bersalah saat ia tidak bisa meluangkan waktu lebih banyak untuk mengurus keluarga atau suami.
Hal ini banyak dirasakan perempuan yang berperan ganda, sebagai istri dan perempuan bekerja. Akibatnya, mereka yang berkarier atau bekerja merasa tertekan. Padahal, karier yang ia jalani juga untuk membantu keuangan keluarga.
Perasaan bersalah itu tidak akan ditemui pada suami atau pria yang bekerja. Padahal, mereka tidak meluangkan waktu untuk mengurus rumah tangga atau anak-anak.
Meski perempuan sudah menunjukkan usaha dan eksistensinya untuk bekerja dan mengurus anak-anak, apresiasi masih minim. Salah satu contohnya soal memasak. Bentuk apresiasi bisa dilakukan dengan mengatakan, "Masakan Ibu enak" atau sekadar menghabiskan masakan. Simpel, bukan?
Namun, hal ini belum dilakukan oleh anggota keluarga. ''Kita sudah lelah bekerja, pulang ke rumah langsung memasak untuk keluarga. Tetapi, masakan tidak disentuh dengan alasan tidak selera,'' ujar Romi, mencontohkan.
Hal seperti inilah yang kerap mengendurkan semangat perempuan. Apakah Anda pernah mengalaminya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar