Pola asuh dalam keluarga mempengaruhi bagaimana seorang anak bertumbuh nantinya. Kesetaraan yang ditanamkan sejak kecil akan mendasari cara berpikir puluhan tahun ke depan.
Bagaimana orangtua saling mendukung dalam relasi berpasangan, juga akan terekam dalam diri anak. Hubungan orangtua yang sehat akan berpengaruh terhadap kepribadian sang anak.
Hal inilah yang dialami oleh wartawan senior Mayong Suryo Laksono. Dalam seminar bertemakan "Gerakan Laki-laki Baru" di kampus UKRIDA II Jakarta, Rabu (10/3/2010) lalu, Mayong mengatakan, sebagai anak ia diberi kebebasan oleh orangtuanya sejak SMP.
"Semua boleh saya lakukan, orangtua tidak melarang. Orangtua menegaskan bahwa saya memiliki tanggungjawab atas apa yang saya lakukan itu," papar Mayong.
Memiliki ibu yang aktif, Mayong terbentuk sebagai anak yang saling melengkapi kebutuhan dalam rumah tangga. Sang ayah juga memberikan contoh dengan memberi dukungan kepada istrinya. Mayong berkisah, ayahnya sebagai suami memberikan kebebasan kepada istrinya untuk berkembang.
"Ayah memberikan kebebasan kepada ibu untuk kuliah di Amerika atas beasiswa yang diterimanya. Dengan kesibukan ibu, anak-anak terlibat saling melengkapi apa yang ibu tidak bisa lakukan di rumah," ujar Mayong.
Kebebasan, tanggungjawab, dan penghargaan yang diajarkan kepada Mayong sejak dini juga membentuknya menjadi manusia yang lebih menghargai orang lain. Termasuk budaya dalam keluarga, bahwa siapa pun -lelaki maupun perempuan- memiliki peran dalam mengurus rumah tangga.
Budaya keluarga yang sehat, setara dan tanpa kekerasan, akan membentuk kepribadian positif pada diri lelaki. Menjadi lelaki baru di kemudian hari yang mengedepankan penghargaan atas diri dan orang lain, terutama terhadap kaum perempuan.
Minggu, 28 Maret 2010
Peran Keluarga Membentuk Lelaki Baru
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar