Senin, 29 Maret 2010

Butuh Prioritas untuk Melawan Obesitas


Banyak orang mengeluh karena berat badan terus bertambah, dan penyakit mulai berdatangan. Sayang, tak semua orang segera mengambil tindakan untuk melawan kondisi ini. Jika pun kita mulai berdiet, seringkali tak berlangsung lama. Hal ini disebabkan kita ingin segera mendapatkan hasil dari program penurunan berat badan tersebut. Ketika program tersebut tak juga memperlihatkan hasil yang diinginkan, kita pun cenderung menyerah.

Kegagalan menurunkan berat badan ini kerapkali mengubah seseorang menjadi kreatif, dengan menciptakan cara-cara sendiri yang menurutnya akan efektif. Martha Lai, salah satu kontestan The Biggest Loser Asia asal Hong Kong, mengaku punya ide gemilang untuk mengurangi asupan kalori. Ia memilih makan nenas untuk menggantikan sarapan, makan siang, dan makan malamnya.

"Bisa ditebak, pada hari kedua saja ia sudah tak mau lagi makan nenas sepanjang hidupnya. Sebab, tidak ada logika di balik alasan ia mengonsumsi nenas itu," papar Dave Nuku, pelatih Tim Biru dalam TBLA, saat talk show "Belive.Begin.Become" di Fitness First Pacific Place, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.

Menurut pria berumur 30 tahun ini, program penurunan berat badan akan membutuhkan unsur olahraga, diet seimbang, dan landasan pendidikan jangka panjang yang memungkinkan seseorang memegang kendali atas hidup mereka berdasarkan pengetahuan tersebut. Tanpa memenuhi unsur-unsur ini, upaya penurunan berat badan hanya akan menjadi peperangan yang sulit dikalahkan.

Meskipun demikian, harus diakui pula bahwa tidak mudah menjalani program penurunan berat badan. Ketika tubuh sudah lama tidak bergerak, otot-otot menjadi kaku. Saat dipaksa bergerak untuk pertama kalinya, jelas otot-otot akan terasa nyeri. Padahal, program tersebut harus dijalankan secara rutin.

Kebanyakan orang merasa takut tak akan mampu menjalani program latihan secara rutin, dan menyerah sebelum mulai berlatih. Sebagian yang lain akan menyalahkan jadwal kerja yang padat, atau memberikan alasan "Saya enggak punya waktu", untuk menutupi rasa bersalah karena tak pernah berolahraga. Alasan lain seperti sulitnya menemukan makanan "bersayur" saat di kantor juga begitu mudah menghalangi niat Anda untuk menerapkan pola makan yang sehat.

Ladies, tahukah Anda apa yang sebenarnya menyebabkan semua program Anda gagal total? Bukan jadwal kerja yang padat, dan bukan pula karena kantor tidak menyediakan alternatif makanan yang sehat untuk Anda. Kegagalan ini terjadi karena Anda tidak menjadikan hidup sehat sebagai prioritas dalam hidup Anda.

Ketika olahraga menjadi prioritas, Anda akan menyusun jadwal rutin untuk berolahraga, dan bukannya mencari-cari waktu kosong untuk latihan. Anda akan berani menolak ajakan teman-teman untuk ngopi-ngopi atau nonton film sepulang kantor, dengan mengatakan, "Sori, nanti sore jadwal saya latihan."

Saat makan sehat menjadi prioritas, Anda tahu bahwa Anda harus berusaha untuk mendapatkan makanan tersebut. Anda tidak akan takut tergoda ketika teman-teman menikmati sate kambing, bebek goreng, atau cumi bakar, karena Anda punya tujuan yang jelas: "Siang ini saya ingin makan gado-gado", misalnya.

Akan sangat wajar jika Anda mengalami kejenuhan di sela-sela program ini. Tetapi jika hidup sehat telah menjadi prioritas, Anda akan mampu melawan rasa jenuh atau rasa malas yang tiba-tiba menyerang. Olahraga dan makan sehat sudah menjadi "janji" yang harus Anda penuhi. Anda menjadikan kedua hal ini sebagai kebiasaan dan gaya hidup, bukan suatu aktivitas yang dilakukan sekali-sekali.

Pendek kata, tidak ada jalan pintas untuk mencapai gaya hidup yang sehat, dan tidak ada yang bisa menggantikan kerja keras. Sekali lagi, ketika Anda menjadikannya prioritas, tak ada hal-hal yang mampu menghalangi program latihan Anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar