Selasa, 30 Maret 2010

Bisnis ISP Kelas Rumahan

Semakin banyak orang yang enggan berpisah dari internet, barang sehari pun. Tak sedikit orang dan perusahaan yang makin bergantung pada internet, dari sekadar untuk menyapa teman lama sampai melancarkan urusan bisnis nan serius.

Tak heran, kini warung internet (warnet) selalu penuh pengunjung. Kian banyak pula orang yang lebih suka mengakses internet di rumah dengan cara berlangganan layanan akses internet sendiri. Selain tak perlu keluar rumah, mereka lebih bebas menentukan waktu ngenet.

Sekarang banyak tawaran berlangganan internet di rumah. Selain menjadi pelanggan layanan internet service provider (ISP) kelas kakap, termasuk melalui operator telepon seluler, kita bisa juga berlangganan layanan dari ISP-ISP kecil.

Sebenarnya nyaris tak ada beda antara ISP kelas rumahan ini dan ISP kelas kakap. Asal tahu saja, kebanyakan pebisnis ISP kelas rumahan ini sebenarnya mendapatkan akses internet dari ISP besar juga. “Intinya, kami berbagi jaringan ke pelanggan,” ujar Mulyadi Bakir, penyedia ISP kelas rumahan.

Praktik bisnis ini memang mirip dengan bisnis warnet. Perbedaannya, pelanggan tidak perlu bertandang ke warnet bila ingin berselancar ke dunia maya. Penyedia layanan ISP akan menyediakan jaringan internet ke rumah pelanggan.

Ternyata, bisnis ini cukup mendapat sambutan yang positif. Selain karena kualitas internet lebih stabil ketimbang akses internet dari operator ponsel, akses internet melalui ISP umumnya juga lebih cepat ketimbang di warnet. Itu sebabnya, banyak orang lebih suka menggantungkan layanan dari ISP kelas rumahan ini.

Mandiri
Tengok saja, pengalaman usaha Mulyadi yang menggeluti usaha internet rumahan ini sejak empat tahun lalu. Menamai usahanya dengan nama Warnet Rumahan, Mulyadi mengawali usaha dengan membuka warnet. Seiring dengan banyaknya permintaan pelanggan untuk pemasangan instalasi internet ke rumah, Mulyadi bertekad membangun jaringan. “Modal awalnya hanya Rp 40 juta untuk membuat menara dan jaringan,” cetus dia.

Berbeda dengan bisnis warnet yang digelutinya, usaha ISP yang dilakoninya lebih mudah. Dia, misalnya, tak perlu menyediakan komputer, pemilik rumah yang jadi pelanggan pasti punya komputer sendiri. Mulyadi hanya perlu membagi bandwidth atau kapasitas jaringan internet yang dibelinya dari ISP kelas kakap.

Cara Mulyadi menggulirkan bisnis ini kurang lebih seperti berikut. Dia berlangganan internet dari ISP perusahaan telekomunikasi dengan kapasitas bandwidth sebesar 1,7 megabyte berbiaya berlangganan Rp 1,1 juta per bulan.

Dari jatah bandwidth yang dia peroleh, Mulyadi bisa melebarkan jaringan internet ke sekitarnya melalui teknologi tanpa kabel. Para pelanggan kudu membayar jaringan yang dipakainya Rp 250.000 per bulan.

Sayang, tawaran ini kurang menarik di mata pelanggan. Kata Mulyadi, banyak pelanggan lebih suka memanfaatkan jaringan internet yang dia sediakan dengan sistem perhitungan per jam. “Biayanya cuma Rp 3.500 per jam,” katanya.

Nah, dengan pola perhitungan per jam inilah Mulyadi justru memperoleh penghasilan lumayan, yakni Rp 400.000 per hari. Dalam sebulan Mulyadi bisa membukukan omzet Rp 12 juta. Setelah dikurangi biaya operasional serta gaji pegawai, keuntungan bersih yang dia dapat sekitar Rp 4 juta.

Rupanya, ada sebab pelanggannya lebih suka hitungan per jam seperti di warnet. “Pelanggan bisa memaksimalkan penggunaan internet di rumah saat membutuhkan tanpa perlu ongkos besar,” terang dia. Mulyadi juga diuntungkan dalam pembagian kecepatan dan kestabilan layanan internet karena pelanggan umumnya tak memakai dalam waktu bersamaan.

Selain usaha ini, Mulyadi juga bisa memperoleh penghasilan lain dari melayani pemasangan dan instalasi jaringan internet di seluruh DKI Jakarta. Khusus untuk layanan internet berlangganan di rumah, jangkauan pasar dia baru seputar rumahnya di Cikokol, Tangerang.

Kalau tertarik ingin menjalankan bisnis serupa, sebelum membuka usaha sebaiknya Anda terlebih dulu mengurus izin mendirikan usaha serta izin menjadi distributor ISP dari Departemen Komunikasi dan Informatika serta membangun menara. “Ini enggak gampang, tapi bisa dilakukan,” ujar Mulyadi berbagi tip.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar